July 7, 2014

Bangku Berwarna Senja

Aku melayangkan pandangan ke sekitar, berharap mendapat secuil petunjuk tentang di mana aku berada dan bagaimana aku bisa sampai di sini. God, aku bahkan tidak tahu tempat apa ini. Pepohonan rindang dengan beberapa helai daun kering yang tergeletak di sekitar akarnya, bunga-bunga bermekaran dengan wangi yang teramat sangat, serta udara yang sejuk seakan tempat ini bebas dari polusi udara.

Ah, ya. Mungkin aku sedang berada di sebuah taman entah di negeri apa. Birunya langit membuatku bertanya-tanya mengapa tidak ada satu pun pengunjung di taman ini. Sepi. Yang kudengar hanya suara kicauan burung yang ceria. Aku menuju sebuah bangku panjang kosong berwarna indah--seperti senja, merencanakan berbagai kegiatan yang bisa aku lakukan di sana. Pasti sangat menyenangkan duduk di bangku itu sambil membaca sebuah buku tebal dengan camilan yang banyak, atau sekadar mendengarkan musik sambil memejamkan mata dan menikmati udara sejuk. Ah, hari yang indah.

Sedetik sebelum aku menjatuhkan diri di bangku itu, terdengar alunan lagu yang kukenali sebagai Always be My Baby-nya David Cook. Dan... Oh, great. Alunan musik kesukaan dengan alat musik kesukaan pula. Yep, gitar. Aaaaak. :3
Aku memejamkan mata seraya bersenandung pelan.

You're always be a part of me
I'm part of you in definitely
Girl, don't you know you can't escape me
Oh, Darling, 'cause you'll always be my baby

And we'll linger on
Time can't erase a feeling this strong
No way, you're never gonna shake me
Oh, Darling, 'cause you'll always--

Musiknya berhenti. Mataku segera mencari-cari darimana suara gitar itu berasal dengan kesal. Kemudian napasku tercekat setelah kutemukan siapa pelakunya.

"Bagaimana permainan gitarku? Apa cukup membuatmu terkesan?"

"Bagaimana kau bisa ada di sini?"

"Kau sendiri?"

Aku terdiam sementara kau masih menyunggingkan senyum khasmu. Singkat cerita, kita berdua akhirnya duduk di bangku itu. Kau bilang kau punya banyak cerita yang ingin kau bagi denganku namun bingung harus memulainya dari mana. Kemudian kau mulai bercerita tentang hidupmu yang tak seseru dulu  semenjak kita tak lagi dekat. Kau mengatakan bahwa bayang-banyangku tak pernah lepas dari ingatanmu, hingga detik ini, bahkan ketika kau sudah bersama orang lain. You said that you miss our late night conversations. You miss me. You miss us. Betapa aku ingin berteriak bahwa aku pun sama.

Hari mulai senja. Langit yang tadinya biru kini telah berubah menjadi oranye keemasan. Aku mulai berpikir bahwa ini tidak mungkin terjadi. Bagaimana mungkin? Harusnya sekarang kau bersama kekasihmu. Harusnya kau sudah benar-benar melupakanku. Harusnya...

"Apa aku sedang bermimpi?"

Alih-alih menjawab pertanyaanku, kau hanya tersenyum kemudian memudar. Memudar. Memudar. Dan...







Aku terbangun.

"Damn, beneran cuma mimpi!"

Note: This is a true story of my bestfriend lol. Sorry, babe. Lagi kuker. xD